Abu Al-Qasim Al-Zahrawi - Pakar Kedokteran Masa Islam Era Pertengahan
Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (Madinatuz Zahra', 936 - 1013), (Bahasa Arab: أبو القاسم) dikenal di Barat sebagai Abulcasis, yakni salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam kurun Pertengahan. Karya terkenalnya yakni Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
Al-Tasrif yakni ensiklopedi bedah yang dijadikan acuan utama ilmu bedah di Eropa selama beberapa kurun dan menjadi pijakan ilmu kedokteran modern.
Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Awalnya ia dikenal sebagai seorang fisikawan, hingga karenanya ia memperkenalkan teori-teori dan alat-alat bedah dalam ilmu kedokteran, barulah orang-orang mengenalnya sebagai dokter mahir bedah (al-Hassani, 2005: 167).
Di kalangan bangsa Moor Andalusia, beliau dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim yakni dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
Al-Tasrif
Al-Tasrif berisi banyak sekali topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya perihal gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada kurun ke-12, dan selama lima kurun Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas perihal ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas perihal kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika menyerupai deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga sekarang merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, kalau kemudian pasien dan anak muda yang ingin berguru ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari banyak sekali penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi daerah favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba mempunyai tak kurang 50 rumah sakit yang memperlihatkan pelayanan yang prima.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menanamkan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan biar para dokter untuk berpegang pada norma dan isyarat etik kedokteran, yakni tak memakai profesi dokter hanya untuk meraup laba materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak sanggup dilakukan sembarang orang. Pada masa itu, beliau kerap mengingatkan biar masyarakat tak melaksanakan operasi bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku mempunyai keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang mempunyai keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melaksanakan operasi bedah. Mungkin alasannya itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai spesialis bedah diakui para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi yakni kepala dari seluruh mahir bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada kurun ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi acuan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter serta mahir bedah Eropa selama lima kurun lamanya pada periode kurun pertengahan.
Sosok dan ajaran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada kurun ke-14 M, spesialis bedah Prancis berjulukan Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga kurun ke- 16 M, mahir bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih mengakibatkan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Meninggal dunia
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun sehabis tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba sekarang bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah daerah Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
abu al-qasim al-zahrawi buku, debu al qasim al zahrawi on surgery and instruments, debu al qasim al zahrawi tratado de pastillas medicinales según abulcasis, jelaskan karya yang paling populer dari tokoh debu al qasim al zahrawi, al tasrif, makalah al zahrawi, syaikh debu al qasim al manfaluti, debu al qasim abbas ibn firnas

Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Awalnya ia dikenal sebagai seorang fisikawan, hingga karenanya ia memperkenalkan teori-teori dan alat-alat bedah dalam ilmu kedokteran, barulah orang-orang mengenalnya sebagai dokter mahir bedah (al-Hassani, 2005: 167).
Di kalangan bangsa Moor Andalusia, beliau dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim yakni dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
Al-Tasrif
Al-Tasrif berisi banyak sekali topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya perihal gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada kurun ke-12, dan selama lima kurun Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas perihal ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas perihal kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika menyerupai deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga sekarang merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, kalau kemudian pasien dan anak muda yang ingin berguru ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari banyak sekali penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi daerah favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba mempunyai tak kurang 50 rumah sakit yang memperlihatkan pelayanan yang prima.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menanamkan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan biar para dokter untuk berpegang pada norma dan isyarat etik kedokteran, yakni tak memakai profesi dokter hanya untuk meraup laba materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak sanggup dilakukan sembarang orang. Pada masa itu, beliau kerap mengingatkan biar masyarakat tak melaksanakan operasi bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku mempunyai keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang mempunyai keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melaksanakan operasi bedah. Mungkin alasannya itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
Penghargaan
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai spesialis bedah diakui para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi yakni kepala dari seluruh mahir bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada kurun ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi acuan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter serta mahir bedah Eropa selama lima kurun lamanya pada periode kurun pertengahan.
Sosok dan ajaran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada kurun ke-14 M, spesialis bedah Prancis berjulukan Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga kurun ke- 16 M, mahir bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih mengakibatkan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Meninggal dunia
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun sehabis tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba sekarang bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah daerah Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
abu al-qasim al-zahrawi buku, debu al qasim al zahrawi on surgery and instruments, debu al qasim al zahrawi tratado de pastillas medicinales según abulcasis, jelaskan karya yang paling populer dari tokoh debu al qasim al zahrawi, al tasrif, makalah al zahrawi, syaikh debu al qasim al manfaluti, debu al qasim abbas ibn firnas
Belum ada Komentar untuk "Abu Al-Qasim Al-Zahrawi - Pakar Kedokteran Masa Islam Era Pertengahan"
Posting Komentar