Kaligrafi dan Sejarah Perkembangan Seni Kaligrafi dari Masa ke Masa
Kaligrafi adalah tulisan seni yang dihormati
dari berbagai macam seni rupa Islam, kaligrafi merupakan alat untuk pelestarian
Al-qur’an. Ungkapan kaligrafi diambil dari kata Latin ”kalios” yang berarti indah
dan, ”graph” yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata kaligrafi
adalah : kepandaian menulis indah, atau tulisan yang indah. Bahasa Arab sendiri
menyebut khat yang berarti garis atau tulisan indah.
Ungkapan kaligrafi
(Calligraphy), secara etimolgis berasal dari bahasa Yunani yaitu Kalios yang
berarti indah dan graphia yang berarti coretan atau tulisan, dan disebutlah
dengan tulisan indah. Kaligrafi ditemukan pertama kali di Mesir. Kemudian
kaligrafi tersebar ke Asia, Eropa, dan telah mengalami perubahan. Akar
kaligrafi Arab (kaligrafi Islam) adalah tulisan hieroglif Mesir (Kanaan, Semit)
lalu, terpecah menjadi khat Feniqi (Fenisia) yang terpecah lagi menjadi Arami
(Aram) dan Musnad (kitab yang memuat segala macam hadits).
Beragam pendapat
dikemukakan, tentang siapa yang mula- mula menciptakan kaligrafi. Untuk
mengetahuinya cerita-cerita keagamaan adalah yang paling dapat dijadikan
pegangan. Para pekabar dari Arab atau Muarrikh mencatat, bahwa Nabi Adam As lah
yang pertama kali mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah
SWT sendiri melalui wahyu. “Allah mengajari Adam pengetahuan tentang semua
nama”, seperti yang diterangkan dalam al Qur’an (Surat Al Baqarah, ayat 31).
Dikatakan, bahwa 300 tahun sebelum wafatnya, Adam menulis di atas lempengan
tanah yang selanjutnya dibakar menjadi tembikar. Setelah bumi dilanda banjir di
zaman Nabi Nuh As dan air sudah surut, setiap bangsa atau kelompok turunan
mendapatkan tembikar bertulisan tersebut.
Dalam sejarah
peradaban Islam, seni tulis huruf Arab yang isinya berupa potongan ayat
Alqur’an atau Hadits Nabi SAW ini mempunyai tempat yang sangat istimewa. Setiap
muslim percaya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan oleh Allah Swt
ketika menurunkan Al-qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Bahasa ini juga digunakan
dalam seluruh tata peribadatan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Karena di
dalam ajaran Islam lukisan berupa mahluk hidup adalah termasuk sesuatu yang
dilarang, maka kaum muslimin mengeskpresikan gairah seninya antara lain lewat
seni kaligrafi ini. Karya-karya kaligrafi ini banyak menjadi hiasan di banyak
bidang, mulai dari bangunan, koin, seni dekoratif, permata, tekstil, senjata
sampai manuskrip.
Kebangkitan baca tulis
kaum muslimin dimulai sejak tahun 2 Hijriyah ketika Rasulullah mewajibkan
kepada tawanan perang yang tidak mampu membayar tebusan untuk mengajari baca
tulis kepada orang muslimin. Pada masa itu kaligrafi masih menggunakan Khat
Kufi ( khat yang berbentuk siku) yang merupakan kaligrafi paling tua. Kufi saat
itu masih belum mepunyai tanda baca sampai pada zaman Khalifah Ali bin Abi
Thalib tulisan tersebut mempunyai tanda baca dengan sempurna.
Pada masa kekhalifahan
Bani Umayyah mulai timbul ketidakpuasan terhadap khat kufi yang dianggap
terlalu kaku dan sulit digoreskan, sehingga dimulailah perumusan tulisan yang
lebih lembut dan mudah digoreskan. Meskipun sebenarnya Bahasa Arab telah
berkembang jauh sebelum Islam lahir, tetapi bahasa ini menyebar dengan cepat
sejalan dengan perkembangan agama Islam. Khalifah Abdul Malik (685-705 M) dari
Bani Umayyah membuat sebuah keputusan politik yang sangat penting dalam bidang
ini yaitu dengan menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi seluruh wilayah
Islam, meskipun pada awalnya Bahasa Arab bukan bahasa yang dipakai di
wilayah-wilayah tersebut.Perumusan tersebut menghasilkan beberapa jenis tulisan
yaitu, Khat Tumar, Jalil, Nisf, Tsulus dan Tsulusain. Tokoh kaligrafi saat itu
yangterkenal adalah Qutbah al-Muharrir.
Pada awalnya,
kaligrafi Islam banyak ditulis di atas kulit atau daun lontar. Penemuan kertas
di Cina pada pertengahan abad 9 M berperan cukup besar dalam perkembangan seni
ini, kertas harganya relatif lebih murah, cukup melimpah, mudah dipotong dan
dari sisi teknik pewarnaan lebih mudah daripada bahan-bahan yang dipakai
sebelumnya.
Ibnu Muqla (886-940 M)
adalah salah seorang kaligrafer terbaik pada masa awal perkembangan seni
kaligrafi Islam. Dia mengembangkan prinsip-prinsip geometris dalam kaligrafi
Islam yang kemudian banyak digunakan oleh para kaligrafer yang datang
sesudahnya, dia juga berperan mengembangkan tulisan kursif yang di kemudian
hari dikenal sebagai gaya Naskh yang banyak dipakia untuk menulis mushaf
Alqur’an.Pengembangan kaligrafi terus dikembangkan sampai pada zaman Bani
Abbasiyah sehingga muncul kaligrafi yang merupakan gaya baru ataupun modifikasi
gaya lama seperti, Khat khafif Tsulus, Khafif Tsulusain, Riyasi dan al-Aqlam
as-Sittah (Tsulus, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riq’ah dan Tauqi). Adapun
tokoh-tokoh kenamaan pada masa ini adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bauwab dan Yaqut
al-Musta’tsimi.
Abad ke-13, di mana bersama
Yaqut, adalah abad kehancuran dan pembangunan kembali di negeri Islam Timur.
Penghancuran itu terjadi akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya,
dan memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun 1258
dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.
Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.
Adalah sangat menakjubkan bahwa Islam mampu, setelah dihancurkan sedemikian rupa, bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad, Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kafir, sebab, tidak hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang diperintahnya.
Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.
Adalah sangat menakjubkan bahwa Islam mampu, setelah dihancurkan sedemikian rupa, bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad, Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kafir, sebab, tidak hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang diperintahnya.
Kaligrafi di Indonesia
Di antara semua perwujudan seni
budaya Islam di Indonesia, agaknya seni kaligrafi berada pada kedudukan yang
sangat menentukan. Sebab kaligrafi merupakan bentuk seni kebudayaan Islam yang
untuk pertama kali ditemukan di Indonesia. Kaligrafi menandai bahwa Islam telah
masuk di Indonesia. Ini dibuktikan dari hasil penelitian tentang arkeologi
kaligrafi Islam di Indonesia yang di lakukan oleh Dr. Hasan Muarif Ambary.
Menurutnya setelah mengkaji secara etikgrafis, telah berkembang kaligrafi gaya
Kufi (abad IX-XV M), gaya Sulus dan Nasta’lik (abad XII- XIX M) serta gaya
kontemporer lain (sejak abad XIX sampai beberapa abad kemudian).
Data-datanya ditemukan pada
batu nisan, makam raja-raja Islam Aceh, kompleks makam di Troloyo, Mojokerto,
Keraton, Cirebon, Mataram, Ternate, Jawa, Madura, dan daerah-daerah lainnya di
Indonesia. Namun dalam kesenian kaligrafi itu sendiri memiliki rumus–rumus
kaligrafi yang paling banyak digunakan, mencakup bentuk-bentuk huruf tunggal,
gaya sambung, kemudian mengolahnya menjadi rangkaian kata-kata atau kalimat.
Belum ada Komentar untuk "Kaligrafi dan Sejarah Perkembangan Seni Kaligrafi dari Masa ke Masa"
Posting Komentar